Jumaat, 20 Januari 2012

Memilih Jenis Kelamin Anak

Melakukan rekayasa untuk mempengaruhi jenis kelamin janin ternyata sudah lama dipraktikkan orang. Bukan hanya di Indonesia, namun juga di negeri-negeri lain. Beragam cara dilakukan, mulai dari berpatokan pada tanggal, posisi, sampai makanan. Ada cara yang ilmiah, namun ada pula yang sekedar mitos. Bagaimana tinjauannya dari sisi medis?

Wanita kerap dianggap sebagai faktor penentu jenis kelamin anak. Hingga, bila seorang wanita berturut-turut melahirkan anak dengan jenis kelamin tertentu (pria saja atau perempuan saja), dialah yang dianggap bersalah. Bahkan, pada sebagian kelompok masyarakat, seorang suami kadang sampai menceraikan istrinya karena dianggap tidak dapat memberikan keturunan dengan jenis kelamin tertentu sesuai dengan harapan keluarga besar. Padahal, justru prialah yang merupakan faktor penentu jenis kelamin anak. Karena, ia memiliki dua jenis kromosom pada sel spermanya, yaitu kromoson X dan Y

Antara mitos dan bukti ilmiah
Apabila orangtua menginginkan anak dengan jenis kelamin tertentu harus dilakukan sebelum terjadinya konsepsi (pertemuan sel telur dan sperma). Karena, setelah konsepsi berarti sudah terjadi penyatuan dan sudah tidak dapat lagi dilakukan rekayasa apa pun untuk mengubah jenis kelamin. "Meskipun alat kelamin (anak) belum terbentuk, tetapi jenis kelamin itu sudah ada.
Berdasarkan penelitian yang ada hingga saat ini, terbukti bahwa ada kemungkinan rekayasa yang dapat dilakukan manusia dalam menentukan jenis kelamin anak. Beberapa ada yang sudah terbukti secara klinis, ada yang sedang dalam tahap uji-coba, ada pula yang tidak terbukti. Cara-cara yang tidak terbukti secara ilmiah membuktikan bahwa sebenarnya keinginan manusia untuk mendapatkan anak dengan jenis kelamin tertentu ternyata sudah berjalan lama. Bahkan, pada masyarakat Jahiliyah mereka malu bila mendapat anak perempuan.
Pendapat yang beredar di masyarakat bahwa tanggal, posisi atau makanan tertentu dapat menentukan jenis kelamin anak terbukti tidak benar. Kepada orangtua yang menginginkan anak dengan jenis kelamin tertentu melakukan konsultasi dengan dokter agar tidak terkecoh dengan mitos-mitos yang banyak beredar di masyarakat.

Kromosom pria penentu jenis kelamin
Sel-sel normal pria mengandung dua kromosom berbeda, yang membawa sifat-sifat laki-laki atau perempuan. Karena itu, sel spermanya akan mempunyai dua kemungkinan kromosom, yaitu X (pembawa sifat perempuan) atau Y (pembawa sifat laki-laki). Tetapi, sel-sel perempuan mengandung dua kromosom X, sehingga sel telurnya selalu akan mempunyai kromosom X (pembawa sifat perempuan)

Apabila sperma yang membuahi telur mengadung kromosom X, maka hasilnya ialah embrio perempuan XX. Tetapi, apabila sperma tersebut mengandung kromosom Y, maka hasilnya ialah embrio laki-laki XY. Oleh karena itu, tanpa campur tangan dari luar, kemungkinan untuk menghasilkan anak laki-laki atau perempuan selalu mempunyai perbandingan 50:50. Rekayasa yang dapat dilakukan oleh manusia adalah mengusahakan agar kombinasi kromosom dari sel telur dan sperma terjadi sesuai dengan harapan, XX atau XY

Hanya saja, ternyata ada perbedaan yang jelas diantara kedua jenis sel sperma tersebut. Jenis yang mengandung kromosom X mempunyai ukuran yang jauh lebih besar daripada yang mengandung kromosom Y. Karena, kromosom X membawa lebih banyak DNA (2,8%)

Cara sederhana
Cara yang sederhana dilakukan dengan mempelajari sifat-sifat sel yang membawa kromosom. Angka keberhasilan cara sederhana ini cukup rendah. Berdasarkan sifatnya, kromosom Y bersifat cepat bergerak, tetapi tidak tahan lama. Sementara kromosom X, bergerak tidak cepat, tetapi tahan lama. Dari sifat itu, dapat melakukan cara yang sederhana agar kromosom X yang dibawa sel telur dapat bertemu kromosom X atau Y, sesuai dengan harapan masing-masing, yang terkandung pada sel sperma.

Caranya, dengan menentukan waktu saat senggama terkait dengan masa subur. Masa subur adalah masa pelepasan sel telur, atau sering disebut sebagai masa ovulasi. Umumnya, terjadi pada hari ke 14 sebelum haid pertama. Untuk mengetahui masa subur dapat diketahui melalui pencatatan (dalam kondisi tidak hamil dan menyusui) selama tiga bulan berturut-turut. Atau, bisa juga dengan pengukuran suhu tubuh yang rata-rata naik 1 derajat celcius selama masa subur.

Rata-rata sel sperma dapat bertahan selama 24 jam tetapi sperma yang kuat (baik) bertahan 3x24 jam. Bila menginginkan anak laki-laki, maka senggama dilakukan pada masa ovulasi. Berdasarkan sifat kromosom Y yang cepat bergerak tapi tidak tahan lama, maka kemungkinan terjadinya kombinasi kromosom XY lebih besar.

Sifat kromosom X lambat tapi tahan lama. Maka, bila menginginkan anak perempuan senggama dilakukan jauh-jauh hari sebelum masa subur. Dan sebaliknya, kalau kita mengharapkan yang ketemu X itu Y, maka senggamanya 3 atau 4 hari sebelum masa subur.

Suasana keasaman di ****** juga menentukan, bila tingkat keasaman atau PH ****** rendah berarti asam maka yang lebih tertahan hidup adalah kromosom Y. Bila suasananya basa (PH tinggi), maka yang lebih bertahan hidup adalah X. Mengganti suasana basa atau asam dapat dilakukan dengan cara yang sederhara, membasuh ****** dengan air cuka dapat membuat PH asam, membasuh ****** dengan air soda membuat menjadi basa, pembasuhan ****** ini dilakukan sebelum senggama.

Cara yang canggih
Ada satu metode yang menggunakan teknik modern dengan cara memisahkan sperma. Cara ini menggunakan inseminasi buatan. Sel sperma dikumpulkan di suatu tabung dan dipusingkan sampai terpisah antara yang membawa kromosom X dan Y, Kromoson Y berada berada diatas dan X berada dibawa. Tinggal mengambil mana yang dikehendaki. Inseminasi dapat dilakukan di luar (bayi tabung), bisa juga disemprotkan langsung ke dalam rahim hingga terjadi pembuahan normal.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan