Rabu, 11 Januari 2012

IVM, Teknik Bayi Tabung Lebih Menjanjikan

KOMPAS.com -  Infertilitas (ketidaksuburan) adalah kemampuan pasangan suami-istri untuk menjadikan istri hamil dan melahirkan anak hidup setelah melakukan hubungan seksual secara teratur dalam waktu satu tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan  sistem reproduksi pada suami, isteri atau keduanya.
Problem infertilias merupakan kebutuhan global, walaupun di beberapa negara perhatian masih ditujukan pada program family planning.  Di dalam  program demografi dan survey kesehatan WHO, diperkirakan bahwa tahun 2001, 167 juta (tidak termasuk China) pasangan di dunia yang menikah berumur 15-49 tahun mengalami infertilitas.  Dengan meningkatnya tingkat ekonomi suatu negara maka pelayanan layanan infertilitas juga cenderung meningkat.
IVF (In Vitro Fertilization), lebih populer dengan sebutan bayi tabung dikenal sejak beberapa dekade ini sebagai teknik canggih untuk menolong pasutri kurang subur untuk memperoleh anak bila cara-cara alami ataupun teknik kedokteran sederhana gagal.
Sampai saat ini jutaan bayi tabung telah dilahirkan di seluruh dunia dengan  teknik bayi tabung. Dari Indonesia sendiri, kurang lebih 2000 bayi tabung telah dilahirkan sejak teknik ini mulai dilakukan pada 1987.
IVM merupakan teknik terbaru dalam program bayi tabung dan sangat populer akhir-akhir ini. IVM merupakan singkatan dari In Vitro Maturation (In Vitro = didalam gelas; maturation = proses pematangan). Jadi pengertian IVM adalah teknik bayi tabung dengan mematangkan sel telur dilaboratorium sebelum dibuahi dan dipindahkan dalam bentuk embrio kedalam rahim.
Keberhasilan teknik IVM pada manusia pertama sekali dilaporkan pada tahun 1991 oleh Cha (Korea) dimana oosit diambil dari biopsi ovarium saat melakukan operasi sesar. Selanjutnya Trouson (Australia), pada tahun 2004 telah melaporkan kelahiran bayi IVM pada pasien dengan SOPK (sindroma ovarium polikistik).  Dengan bertambah baiknya teknik IVM terutama teknik kultur,  keberhasilan teknik IVM sekarang ini cukup memuaskan.
Tingkat keberhasilan yang sudah dicapai di beberapa negara, dilihat dari kehamilan kliniknya tercatat cukup tinggi.  Di Perancis  misalnya mencapai 18 %, Jepang 26,8 %, Skandinavia (Swedia dan Finlandia 22 %, Vietnam 27,6 % dan Kanada 28 %.
Di Asia tenggara teknik ini baru dilakukan di Vietnam sebagai negara pertama dan kemudian diikuti oleh Indonesia. Sedangkan dari Singapura, Malaysia dan Thailand belum ada publikasi/berita mengenai teknik IVM ini.
Prosedur IVM
Berbeda dengan teknik IVF di mana kepada istri harus diberikan pengobatan hormon yang harganya mahal selama beberapa minggu untuk menumbuhkan dan mematangkan sel telur pada indung telur, teknik IVM ini terbilang lebih sederhana.
Prosedurnya hanya dilakukan hanya pada satu siklus haid saja dan tidak atau sedikit sekali memerlukan pengobatan hormon.  Obat hormonal bisa saja diberikan dengan tiga kali penyuntikan dengan dosis yang sangat kecil atau bahkan tanpa pemberian obat sama sekali.
Kemudian pengambilan sel telur dilakukan dari folikel-folikel kecil dengan diameter kurang dari 10 mm, lalu sel telur imatur ini dimatangkan hingga 24-48 jam dalam medium biakan khusus dilaboratorium.
Selanjutnya sel telur yang matang dibuahi dengan sperma suami dengan teknik ICSI (intracytoplasmic sperm injection) yaitu dengan menyuntikkan 1 sperma kedalam sel telur. Transfer embrio dilakukan dengan memindahkan 2 atau 3 embrio pada hari ke2 atau 3 setelah prosedur ICSI. Terjadinya kehamilan dapat diketahui 2 minggu setelah transfer embrio.
Tujuan teknik IVM
Beberapa kelebihan dari IVM adalah cara dan lama pengobatan lebih sederhana dan singkat. Pasien tidak/sedikit sekali memerlukan pemberian obat hormon. Dengan demikian, biaya akan menjadi jauh lebih murah, pasien akan merasa lebih nyaman dan dapat terhindar efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian hormon seperti :  bertambahnya berat badan, perut kembung, nyeri payudara, mual,  gangguan emosi, dan yang paling penting adalah menghindarkan terjadinya sindroma hiperstimulasi ovarium (SHO) yaitu respons ovarium yang berlebihan  yang dapat berakibat fatal akibat pemberian hormon.
Oleh karena itu IVM sangat bermanfaat pada pasien-pasien dengan ovarium polikistik/sindroma ovarium polikistik/sindrom ovarium polikistik yang mempunyai risiko tinggi terjadinya SHO.
Saat ini teknik IVM juga banyak dilakukan untuk pasien-pasien usia muda (kurang dari 35 tahun) dimana jumlah folikel cukup banyak.  IVM juga dilaporkan dapat menolong pasien-pasien yang berulang kali gagal dengan teknik bayi tabung yang biasa dilakukan.
Biaya IVM saat ini mencapai kisaran Rp 30 juta sampai Rp 40 juta. Jika dibandingkan IVF biasa yang mencapai kisaran Rp 50 jutaan, tentunya  tentunya IVM dapat dijadikan pertimbangan secara finansial.
Perkembangan teknik IVM di Indonesia
Keberhasilan bayi tabung dengan teknik IVM di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh tim Family Fertility Center, RSIA Family Jakarta pada tahun 2009. Sampai saat ini tim FFC yang terdiri dari : dr Yuslam SpOG, dr Hadi SpOG, dr Malvin SpOG, Prof Soegiharto SpOG , dr Dianing dan dr Muchsin spPK  telah melakukan  protokol sebanyak 29 siklus dan menghasilkan 8 kehamilan dari 24 program dan 3 bayi telah dilahirkan.
Untuk menekan biaya dan meningkatkan keberhasilan bayi tabung, dalam waktu dekat ini tim FFC akan menerapkan Natural IVM (IVM alamiah, tanpa memberikan obat untuk stimulasi ovarium) serta simpan beku sel telur.
Teknik IVM dimasa datang
Salah satu masalah penting dalam penerapan program bayi tabung di seluruh dunia terutama dinegara sedang berkembang seperti Indonesia adalah biaya obat-obatan dalam program bayi tabung  yang sangat mahal. Dengan segala kelebihannya baik dalam hal biaya, kemudahan, kenyamanan dan keamanan, teknik IVM saat ini banyak mendapat perhatian dari berbagai sentra diseluruh dunia sebagai teknik bayi tabung dengan masa depan yang menjanjikan.
Diharapkan dengan bertambah baiknya berbagai aspek IVM seperti sistim kultur, teknik pengambilan sel telur yang lebih baik keberhasilan teknik IVM akan lebih memuaskan. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia  hal ini tentu berarti akan lebih banyak lagi pasien-pasien infertilitas yang mendapat kesempatan untuk memperoleh dan menikmati teknologi bayi tabung.
Dr. Muchsin Jaffar, Sp.PK, Family Fertility Center, Jakarta

Tiada ulasan:

Catat Ulasan